THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Kamis, 17 Desember 2009

ANALISIS UAN....

Mendiknas: UN Tetap Jalan

Jakarta, Senin (14 Desember 2009) -- Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh menegaskan, Ujian Nasional (UN) Tahun Pelajaran 2009/2010 akan tetap berjalan.


Hal tersebut disampaikan Mendiknas usai membuka Seminar Nasional Pembudayaan Kegemaran Membaca Tahun 2009 di Perpustakaan Nasional RI, Jakarta, Senin (14/12/2009).

Mendiknas menyampaikan sejarah mengenai UN. Mendiknas menuturkan, sebelum Indonesia merdeka sampai dengan tahun 1972 ada ujian negara yaitu satu ujian secara nasional yang menyelenggarakan negara. Mendiknas menyebutkan, pada saat itu tingkat kelulusan antara 30 - 40 persen. Sejalan dengan itu, lanjut Mendiknas, pada tahun 1969 dimulai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita), yang salah satu programnya adalah menaikkan angka partisipasi kasar (APK). "Yaitu mendorong anak - anak supaya dia bisa melanjutkan sekolah. Oleh karena itu dibangun SD Inpres. SD yang didasarkan atas instruksi presiden supaya dia bisa masuk ke sekolah," katanya.
Lebih lanjut Mendiknas menjelaskan, karena jumlah siswa yang tidak lulus banyak di ujian negara maka kesempatan orang bersekolah menjadi terbatas. "Melihat kondisi itu, kemudian dibuat kebijakan baru ujian sekolah yaitu kelulusannya diserahkan kepada sekolah," katanya.


Mendiknas mengatakan, kebijakan yang kemudian diterapkan selama 20 tahun ini berdampak siswa lulus semua. "100 persen semuanya lulus. Oleh karena itu muncul yang namanya Ebtanas," ujarnya.


Mendiknas menyebutkan, Ebtanas adalah kombinasi antara ujian negara dengan ujian sekolah. Pada Ebtanas nilai siswa ditentukan menggunakan rumus PQR yaitu gabungan dari nilai rapor, ujian sekolah, dan ujian nasional. "Hasilnya ternyata ujian yang diselenggarakan oleh nasional tadi itu dengan ujian yang diselenggarakan oleh sekolah ada gap yang luar biasa dan akibatnya juga lulus semua," katanya.


Mendiknas mencontohkan, pada mata pelajaran yang sama seorang siswa yang diuji secara nasional mendapatkan nilai tiga, tetapi di ujian sekolah mendapatkan nilai delapan. "Jadi tadi itu mulai murni negara sudah, ditambah lagi murni sekolah juga sudah, dikombinasi dengan ujian sekolah juga sudah. Nah sekarang ini mata pelajarannya tertentu saja yang diuji oleh negara, yang lain sekolah yang menentukan," katanya.

"Jadi apa yang diperdebatkan oleh orang - orang sekarang serahkan kepada sekolah itu sudah dilakukan tahun 1972 dulu. Hasilnya jeblok, lulus semua. Munculah yang namanya seratus persenisasi. Lho kok sekarang mau ditarik lagi berarti kembali kepada (tahun) 1972 yang lalu," kata Mendiknas.


Mendiknas mengimbau kepada peserta didik untuk siap menghadapi ujian dan tidak terjebak pada perbedaan - perbedaan pendapat. "Orang yang paling baik adalah orang yang paling siap. Oleh karena itu, tugas utama guru mengajar, tugas utama murid adalah belajar. Kalau kita sudah siap, diuji oleh siapapun tidak ada masalah," katanya.


Mendiknas mendorong supaya siswa tahan banting dan mempunyai semangat yang tinggi. "Bagi saya tidak perlu dipertentangkan antara apakah itu pemetaan dan kelulusan," ujarnya.


Terkait usul untuk menjadikan UN hanya sebagai standar, Mendiknas mengatakan, kalau hanya dijadikan standar tidak melekat pada nilai itu pada orang per orang maka bisa menjadi bias lagi. "Sampeyan ujian negara, tidak saya pakai untuk menentukan kelulusan. Sampeyan akan menjawab sembarang ya kan? Wong nda menentukan, nda ada apa - apa nya. Berarti akan ada bias lagi. Kenapa harus kita kontroversikan? jauh lebih baik, sudah di samping untuk mementukan (kelulusan) juga untuk standar," ujarnya kepada media.***


Sumber: Pers Depdiknas
dalam www.depdiknas.go.id

Diakses tanggal 16 Desember 2009 pukul 06.00

ANALISIS KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL 2009/2010 (BAGIAN 2)

UJIAN NASIONAL 2009/2010 BERUBAH?

Oleh : Nanang Rijono

BAGI orang yang menginginkan adanya perubahan dalam Ujian Nasion (UN) tahun 2009/2010 setelah ada penolakan permohonan Kasasi oleh Mahkamah Agung, sebagaimana yang dikemukakan Mendiknas bahwa UN 2010 akan diperbaiki, silahkan kecewa! Mengapa? Karena secara umum UN yang akan dilaksanakan pada Maret 2010 nyaris tidak berubah, meskipun pada tanggal 14 Desember 2009 Mendiknas mengeluarkan Peraturan Mendiknas No. 84 Tahun 2009 tentang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 Tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), Dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tahun Pelajaran 2009/2010.

Perubahan yang dilakukan pada UN tahun 2009/2010, menurut hemat saya, tidak terlalu esensial, hanya mengubah hal-hal yang sifatnya teknis, bukan yang mendasar seperti fungsi UN untuk penentuan kelulusan siswa atau pemetaan mutu.

Padahal, setelah pro dan kontra tentang UN pasca penolakan kasasi oleh MA, mencuat keinginan agar UN tidak dijadikan sebagai “penentu kelulusan”. UN harus “dikembalikan” kepada fungsi utama untuk kepentingan pemetaan mutu pendidikan (sekolah dan siswa) di Indonesia. Nampaknya Depdiknas tetap kukuh dengan “formulasi kualitatif “ (sesuai dengan pendekatan penilaian acuan kriteria yang digunakan dalam KBK/KTSP). Sementara itu kita, sebagian besar masyarakat termasuk guru, pendidik, sekolah dan birokrasi, cenderung mendukung “formulasi kuantitatif” (sesuai dengan penilaian acuan normatif, yang digunakan selama EBTANAS atau Kurikulum 1975, 1984, dan 1994). Tulisan tentang hal ini pernah dimuat di Tabloid WAH dengan judul: OPINI TERHADAP PUTUSAN KASASI MA TENTANG UN (BAGIAN 2) UN : DISTOP, DIREVISI, ATAU JALAN TERUS?

PERUBAHAN UN

Perubahan dalam penyelenggaraan UN sesuai Permendiknas No. 84 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel : Pasal-pasal yang Diubah

PERMENDIKNAS NO. 75 TAHUN 2009

PERMENDIKNAS NO. 84 TAHUN 2009

Pasal 5 ayat (3)

UN utama untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksana-kan satu kali pada minggu keempat Maret 2010.

Diubah menjadi:

UN utama untuk SMP/MTs dan SMPLB dilaksana-kan pada minggu keempat Maret 2010.

Pasal 10:

(1) Penggandaan soal UN dilakukan di tingkat regional oleh percetakan perguruan tinggi negeri yang ditunjuk.

(2) Prosedur penggandaan soal UN sebagaimana tercantum pada ayat (1) diatur dalam petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh BSNP.

Diubah menjadi:

(1) Penggandaan bahan UN SMA/MA dilakukan oleh perguruan tinggi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Penggandaan bahan UN SMA/MA sebagai-mana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh perguruan tinggi yang memiliki percetakan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Penggandaan bahan UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK dilakukan oleh penyeleng-gara tingkat provinsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(4) Prosedur penggandaan bahan UN sebagai-mana tercantum pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam POS UN.

Pasal 13:

(1) Perguruan tinggi negeri berfungsi sebagai koordinator pelaksana pengawasan UN satuan pendidikan SMA/MA dan pemantau UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK bekerja sama dengan dinas pendidikan provinsi, Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil Depag), dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP).

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi pelaksanaan pengawasan UN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam POS UN.

Diubah menjadi:

(1) BSNP memberikan sebagian wewenang kepada perguruan tinggi dalam:

a. pelaksanaan dan pengawasan UN SMA/MA;

b. tim pemantau independen (TPI) UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK, bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Kantor Wilayah Departemen Agama, Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan,dan kepala sekolah/madrasah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sebagian wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam POS UN.

Pasal 14:

(1) Peserta UN SMA/MA mengikuti ujian di satuan pendidikan lain sesuai ketentuan yang diatur dalam POS.

(2) Peserta ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam satu ruangan terdiri atas peserta ujian dari beberapa sekolah/madrasah dalam satu kecamatan dan/atau kabupaten/kota.

(3) Peserta UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK mengikuti ujian di satuan pendidikan penyelenggara UN.

Diubah menjadi

Peserta UN SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, dan SMK mengikuti ujian di sekolah/madrasah penyelenggara UN sesuai ketentuan yang diatur dalam POS.

Pasal 15:

(1) Pengawas ruang UN SMA/MA pada setiap satuan pendidikan dilakukan oleh tim pengawas yang terdiri dari guru-guru satuan pendidikan yang bersangkutan yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan.

(2) Pengawas ruang UN SMP/MTs, SMPLB, SMALB, dan SMK dilakukan oleh tim pengawas yang terdiri dari guru-guru yang mata pelajarannya tidak sedang diujikan dengan sistem silang murni antar sekolah/madrasah

Diubah menjadi

(1) Pengawas ruang UN pada setiap sekolah/ madrasah dilakukan oleh tim pengawas yang terdiri dari guru-guru yang mata pelajarannya sedang tidak diujikan.

(2) Pengawasan ruang UN diatur dengan sistem acak dalam satu kabupaten/ kota.

(3) Guru yang mata pelajarannya sedang diujikan tidak diperbolehkan berada di lokasi sekolah/ madrasah penyelenggara UN.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan ruang UN diatur dalam POS UN.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 75 Tahun 2009 pada huruf B nomor 20, nomor 21, dan nomor 22 (Kisi-Kisi Soal Ujian Nasional Madrasah Aliyah)

Diubah menjadi

Lampiran B. Kisi-Kisi Soal Ujian Nasional Madrasah Aliyah (MA)

Sumber : Permendiknas No. 75 Tahun 2009 dan Permendiknas No. 84 Tahun 2009

Perubahan yang melegakan siswa dan guru SMA, barangkali, adalah perubahan pada Pasal 14 dari Permendiknas No. 75 Tahun 2009, yang semula peserta UN nyeleSMA dari suatu sekolah akan disebarkan ke sekolah-sekolah lain, sekarang dalam Permendiknas No. 64 Tahun 2009 peserta UN tetap akan mengikuti UN di sekolahnya sendiri (sebagai penyelenggara UN). Sementara itu, pengawas ruangan UN di SMA dilakukan oleh guru yang disebar secara acak ke beberapa sekolah lain. Guru yang menjadi pengawaspun tersebut bukan guru matapelajaran yang diujikan pada hari itu. Bahkan guru mata pelajaran UN dilarang berada di lokasi sekolah saat ujian dilaksanakan. Unik bukan?

Dimana para guru mapel UN ini saat ujian berlangsung? Mungkin mereka ada di rumah, di pasar, di mal atau dimana saja. Barangkali dalam rangka menghargai jerih payah guru pengajar mapel UN yang telah bersusah payah mempersiapkan siswanya dalam menghadapi UN, sebaiknya mereka dibiayai untuk rekreasi ke luar kota, atau ke luar negeri sekalian untuk mengadakan studi banding tentang pelaksanaan Ujian Nasional dari negara lain. Setuju kan? Daripada mereka dicurigai akan menjadi tim sukses UN dengan membocorkan jawaban soal UN kepada peserta UN di daerahnya.

PERSIAPAN SEKOLAH

Karena sikap Depdiknas sudah jelas, akan tetap menggelar UN tahun 2010 dengan rmodel penyelenggaraan yang relatif sama dengan UN yang telah dilaksanakan selama ini, maka lebih baik siswa, guru dan sekolah mempersiapkan diri dalam menghadapi UN. Kita bisa apa? Mau demo, menolak, atau menggugat ulang? Tokh UN akan jalan terus, biarpun setiap hari kita kritik. Lebih baik, energi kita gunakan untuk belajar dan mengajar. Belajar bagaimana menghadapi kenyataan betapa kuatnya kekuasaan negara terhadap pendidikan. Dan mengajarkan kearifan dan kerendahan hati kepada anak didik agar bisa legowo (ikhlas) dalam menerima keputusan Sang Penguasa – walaupun sang penguasa itu bisa menjabat karena kita yang “nyontreng” mereka. Ikhlas. Tanpa pamrih. (bersambung)

ANALISIS KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL 2009/2010 (BAGIAN 3)

KELULUSAN TERSERAH SEKOLAH, KISI-KISI PERLU DIBEDAH

Oleh : Nanang Rijono

PERMENDIKNAS No. 74 tahun 2009 tentang Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/MI/ SDLB) Tahun Pelajaran 2009/2010 telah ditetapkan tanggal 13 Oktober 2009 juga. Secara substansial tidak banyak hal baru dalam kebijakan UASBN tahun 2009/2010 ini jika dibandingkan dengan UASBN tahun 2008/2009.

Perubahan hanya terdapat pada waktu pelaksanaan UASBN, yakni pada minggu pertama bulan Mei 2010. Mata pelajaran UASBN SD/MI dan SDLB tetap terdiri mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPA.

Sedangkan materi ujian diambil dari irisan (interseksi) materi ajar/SK dan KD dari Kurikulum 2004 (KBK) dan KTSP saja. Ini berbeda dengan UASBN Tahun 2008/2009, dimana materi UASBN berasal dari 3 kurikulum : kurikulum 1994, KBK dan KTSP.

STANDAR KELULUSAN

Standar kelulusan dalam UASBN tahun 2009/2010 masih tetap seperti UASBN Tahun 2007/2008 dan 2008/2009. Sekolah diberi keleluasaan (otonomi?) untuk menetapkan sendiri standar kelulusan siswa-siswa di sekolahnya. Hal ini diatur dalam Pasal 12 ayat (1) Permendiknas No. 74 Tahun 2009 sebagai berikut: (1) Kriteria kelulusan UASBN Tahun Pelajaran 2009/2010 ditetapkan oleh setiap sekolah/madrasah yang peserta didiknya mengikuti UASBN. Saya percaya, setiap satuan pendidikan akan menentukan kriteria kelulusan siswa-siswanya secara rasional, bertanggung-jawab, serta bijaksana – setidak-tidaknya setara dengan standar kelulusan untuk SMP atau SMA: rata-rata minimal 5,50.

Agar siswa di suatu sekolah dapat meraih nilai di atas 5,50 maka sekolah perlu menyiapkan siswa agar menguasai dengan baik materi ujian yang sudah ditetapkan dalam kisi-kisi soal UASBN 2009/2010. Kisi-kisi soal UASBN sudah dilampirkan dalam Permendiknas No. 74 Tahun 2009.

Kisi-kisi soal UASBN untuk SD/MI dan SDLB ini lebih rinci jika dibandingkan dengan kisi-kisi soal UN SMP/MTs dan SMA/MA. Kisi-kisi UASBN terdiri atas SKL UASBN, Kompetensi Yang Diujikan (KYD) dan Indikator. Setiap indikator ini akan dikembangkan menjadi satu soal (untuk setiap Paket Soal Ujian). Soal-soal UASBN di SD/MI dan SDLB dibuat sebanyak indikator yang ada, bahkan dengan urutan soal seperti urutan indikatornya.

Hal ini menurut saya, adalah cara paling anggun untuk membantu siswa dan sekolah agar tingkat kelulusannya tinggi – bukan dengan cara-cara yang menodai integritas guru, sekolah dan dunia pendidikan itu sendiri.

MEMBEDAH KISI-KISI UASBN

Kisi-kisi soal UASBN untuk SD/MI dan SDLB ini perlu dikaji lebih lanjut oleh guru-guru dan sekolah. Kisi-kisi UASBN tahun 2009/2010 ini perlu dipetakan, indikator soal apa yang berasal dari SD/KD kelas IV, V atau VI dalam KTSP atau KBK 2004. Dengan teridentifikasikannya Indikator soal menurut Kelas dan Semester, maka akan mudah bagi guru dalam menghimpun soal-soal latihan sebagai persiapan dalam menghadapi UASBN.

Menurut saya, kurang efisien jika dalam melatih siswa menghadapi UASBN, guru memberikan paket-paket soal latihan ujian yang diambil dari kumpulan soal EBTANAS atau UN sepuluh tahun terakhir. Pemberian soal 10 tahun terakhir ini selain akan membosankan siswa, juga belum tentu paket-paket soal tersebut sesuai dengan kisi-kisi soal UASBN yang benar-benar dijadikan acuan dalam pengembangan soal UASBN.

Seyogyanya. guru melakukan seleksi dari paket-paket soal 10 tahun terakhir tersebut dan mengambil soal-soal tertentu yang sesuai dengan indikator soal UASBN tahun 2009/2010. Atau, guru mengembangkan sendiri soal sebanyak-banyaknya atau menghimpun soal latihan dari berbagai buku sekolah elektronik (BSE) sesuai dengan kisi-kisi UASBN.

Di samping itu, guru perlu melakukan pembandingan Kisi-kisi UASBN tahun 2009/2010 ini dengan kisi-kisi soal UASBN Tahun 2008/2009, untuk menemukan indikator-indikator soal apa yang sama dan yang berbeda dari kedua tahun UASBN tersebut. Dengan demikian, guru bisa memberikan penekanan dalam pembelajaran mapel UASBN tahun ini atau tahun depan untuk materi ajar dari SK dan KD yang muncul dalam kisi-kisi UASBN.

PEMBANDINGAN DAN PEMETAAN INDIKATOR UASBN

SKL UASBN Bahasa Indonesia UASBN 2009/2010

  1. MEMBACA: Membaca berbagai teks nonsastra berupa teks sederhana, laporan, dan rubrik khusus, serta berbagai karya sastra berupa puisi anak, dongeng, cerita anak-anak, dan drama anak-anak.
  2. MENULIS: Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, kosakata yang bervariasi dan kalimat efektif dalam kehidupan sehari-hari, petunjuk surat, pengumuman dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita anak, puisi, dan pantun, secara terpadu, struktur kalimat yang tepat, ejaan, dan pilihan katanya.

SKL UASBN tahun 2009/2010 ini ternyata sama dengan SKL UASBN tahun 2008/2009. Demikian pula dengan indikator-indikatornya. Sehingga dapat dikatakan bahwa Kisi-kisi SOal UASBN Tahun 2009/2010 sama persis dengan Kisi-kisi UASBN tahun lalu.

Berikut ini contoh hasil pembandingan dan pemetaan SK/KD dalam kurikulum dengan indikatornya dalam Kisi-kisi UASBN Tahun 2009/2010. Mohon contoh ini disikapi, dengan hati-hati, karena masih dimungkinkan ada kekeliruan di dalam pemetaan yang saya lakukan.


MATA PELAJARAN UASBN : BAHASA INDONESIA

NO SKL UASBN

KEMAMPUAN YANG DIUJI (KYD)

INDIKATOR UASBN

DALAM KISI-KISI TAHUN 2009/2010

INDIKATOR UASBN TH. 2008/2009

NO SOAL

KOMPETENSI DASAR KTSP (kecuasli yang bertanda khusus)

KELAS/

SMT

1

MEMBACA

Menentukan isi bacaan

Disajikan teks nonsastra 3 – 4 paragraf, siswa dapat:

- menjawab pertanyaan apa

Sama

1

3.1 Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas

3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubrik khusus (majalah anak, koran, dll.)

IV/1

VI/1

- menjawab pertanyaan bagaimana

Sama

2

- menjawab pertanyaan di mana

Sama

3

- menjawab pertanyaan mengapa

Sama

4

- menyimpulkan isi bacaan

Sama

5

Menentukan unsur intrinsik dongeng

Disajikan cuplikan cerita rakyat, siswa dapat menentukan:

- Latar cerita

Sama

6

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

V/2

- Watak salah satu tokoh dalam cerita

Sama

7

- Amanat dalam cerita

Sama

8

Disajikan cuplikan dongeng, siswa dapat menentukan perbedaan`watak dua tokoh dalam dongeng

Sama

9

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

V/2

Menentukan isi laporan

Disajikan laporan, siswa dapat menentukan topiknya

Sama

10

3.1 Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan / kunjungan

VI/1

Menentukan isi tersurat/ tersirat dari rubrik yang dibaca

Disajikan cuplikan rubrik khusus dari media cetak, siswa dapat menentukan isi/pesannya

Sama

11

3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubrik khusus (majalah anak, koran dll.)

VI/1

Memahami unsur instrinsik puisi

Disajikan puisi anak-anak, siswa dapat menentukan:

- Amanatnya

- Makna salah satu kata dalam puisi

Sama

12

13

3.2 Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit

3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat

V/1

Menentukan unsur instrinsik drama anak-anak

Disajikan cuplikan teks drama anak-anak, siswa dapat menentukan amanat-nya

Sama

14

7.2 Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, dan amanat) dari teks drama anak

VI/2

Menentukan unsur intrinsik dan makna

kalimat cerita anak-anak

Disajikan cerita anak satu paragraf, siswa dapat:

- Menentukan temanya

- Menentukan maksud salah satu kalimat dalam cerita

sama

15

16

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

V/2

Menentukan makna denah

Disajikan denah lokasi tertentu, siswa dapat menunjukkan tempat tertentu dengan arah perjalanan yang tepat

Sama

17

BERBICARA

2.1 Mendeskripsikan tempat sesuai dengan denah atau gambar dengan kalimat yang runtut

IV/1

2

MENULIS

Menulis dialog

Disajikan teks dialog yang belum engkap, siswa dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat

Sama

18

4.1 Melengkapi percakapan yang belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan (tanda titik dua, dan tanda petik)

4.3 Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memper-hatikan isi serta perannya

IV/1

V/1

Mengisi formulir

Siswa dapat mengisi formulir berdasar-kan ilustrasi yang disajikan

Sama

19

4.1 Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup, dll.) dengan benar

VI/1

Menggunakan EYD

Siswa dapat menentukan penulisan kata depan dalam kalimat dengan tepat

Sama

20

KBK 2004

?

Menyusun kalimat majemuk

Disajikan 2 kalimat tunggal, siswa dapat menyusunnya menjadi kalimat majemuk dengan tepat

Sama

21

KBK 2004 Materi Pokok

Kalimat majemuk setara (dan)

Kalimat majemuk setara (dan, atau)

IV

V



Selengkapnya...

Jumat, 04 Desember 2009

MENYONGSONG UJIAN NASIONAL DI SD:
MASIH WACANA, SUDAH RENCANA, ATAU AKAN JADI BENCANA?
(Bagian 1)

Oleh : Nanang Rijono

ADA beberapa peraturan tentang penilaian atau evaluasi yang perlu kita cermati dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) di SD, yakni Keputusan Mendiknas No. 11 dan 12/U/2002, yang ditetapkan sebelum diundangkannya UU No. 20 Tahun 2003 dan PP No. 19 Tahun 2005. Dalam peraturan tersebut diatur tentang penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, Apa isi peraturan-peraturan tersebut?

UN & PENGGELEMBUNGAN PASAL
Dalam UU Sisdiknas tidak tersurat pasal atau ayat yang mengatur UN, yang ada adalah pasal-pasal tentang tujuan penilaian atau evaluasi, sasaran evaluasi, evaluasi hasil belajar siswa, lembaga pengevaluasi, serta peran pemerintah, masyarakat dan organisasi dalam evaluasi. Pasal 57 UU Sisdiknas menjelaskan bahwa evaluasi dilakukan untuk pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas lembaga penyelenggara pendidikan. Evaluasi tersebut dilakukan kepada (i) peserta didik, (ii) lembaga pendidikan, dan (iii) program pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan dan jenis pendidikan. Evaluasi tersebut dilaksanakan secara berkala, menyeluruh, transparan dan sistemik untuk mengukur pencapaian standar nasional pendidikan, dan dilakukan oleh lembaga mandiri (Pasal 58 ayat 2). Masyarakat dan organisasi profesi boleh membentuk lembaga mandiri ini. Sementara itu, Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan (Pasal 59).
Dalam UU Sisdiknas tidak diatur tentang UN dan peranan pemerintah dalam UN. Yang ada hanyalah tentang evaluasi hasil belajar. Perhatikan pasal 58 ayat (1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Pasal ini jelas menunjukkan bahwa evaluasi hasil belajar kepada peserta didik dilaksanakan oleh pendidik alias guru. Lalu dimana peran satuan pendidikan dan pemerintah dalam evaluasi hasil belajar kepada peserta didik? Lihat PP No. 19 Tahun 2005 pasal 63 ayat (1) yang mengatur hal berikut :”Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan
c. penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.
Menurut pasal 63 PP 19 Tahun 2005 ini evaluasi atau penilaian hasil belajar kepada peserta didik dilaksanakan oleh tiga pihak: guru atau pendidik, sekolah atau satuan pendidikan, dan Depdiknas (yang kemudian ditugaskan kepada BSNP) atau pemerintah. Padahal dalam pasal 58 UU Sisdiknas hanya ada penilaian hasil belajar oleh pendidik. Disini nampak ada “penggelembungan” pasal. Secara yuridis sebenarnya Pasal 63 ayat (1) dan pasal-pasal lain yang terkait pada PP 19 Tahun 2005 ini bertentangan dengan pasal 58 UU Sisdiknas atau ketidak-konsistenan. Tegasnya, PP 19/2003 – yang secara hukum posisinya lebih rendah daripada UU – telah melanggar UU Sisdiknas. Tetapi mengapa tetap dilaksanakan?
Lihat kembali pasal 59 UU Sisdiknas, yang mengatur bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Jelas sekali, secara tersurat maupun tersirat, bagaimana peran pemerintah (Depdiknas) dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa; yaitu tidak ada!
Kalau mau dicari-cari “peran” pemerintah dalam melaksanakan penilaian hasil belajar siswa, apakah dikorek-korek dari pasal 58 ayat 2 UU Sisdiknas yang mengatur evaluasi terhadap peserta didik, lembaga pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri? Lalu lembaga mandiri yang dimaksud adalah BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan)? Hal ini jelas bertentangan dengan pasal 76 PP 19/2005 yang menyebutkan bahwa BSNP bertugas membantu Mendiknas dalam mengembangkan, memantau dan mengendalikan standar nasional pendidikan, dimana dua tugasnya antara lain adalah menyelenggarakan ujian nasional dan menetapkan kriteria kelulusan siswa pada jenjang dikdasmen. BSNP jelas dibentuk oleh pemerintah (Depdiknas), meskipun dalam bekerjanya mereka melaksanakan secara profesional dan mandiri.
Sekedar informasi, dalam rembuk nasional pendidikan 8 – 11 April 2007 yang lalu, Depdiknas tidak mengutip pasal 58 ayat (1) UU Sisdiknas sebagai landasan yuridis pelaksanaan UN. Peraturan yang digunakan adalah UU Sisdiknas Pasal 11 ayat (1), pasal 35 ayat (1) Pasal 57 ayat (1 dan 2), pasal 58 ayat (2), dan pasal 61 ayat (2); PP 19/2005 pasal 66 (ayat 1, 2 dan 3) sebagai penjelasan atasa pasal 63 ayat (1) butir c; PP No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom pasal 1 butir (1) “Penetapan standar kompetensi peserta didik dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman pelaksanaannya dilakukan oleh Pemerintah”, serta Yurisprudensi Keputusan MA Nomor 04G/Hum/2004 mengenai Uji Materiil terhadap Kepmendiknas nomor 153/U/2003 tentang UAN yang menyatakan: “UAN tidak bertentangan dengan UU 20/2003 tentang Sisdiknas, karena merupakan pelaksanaan dari pasal 57 ayat (1)”. Apa bunyi pasal 57 ayat (1) tersebut? Yaitu “Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Mengapa MA tidak memakai pasal 58 ayat (1)? Atau pasal 59 ayat (1) yang berbunyi: “Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.” yang jelas-jelas menunjukkan peran pemerintah dalam penilaian – namun bukan menilai hasil belajar siswa? Lalu, mengapa PP 25/2000 yang bertentangan dengan UU Sisdiknas Tahun 2003 mengapa masih dipakai sebagai landasan yuridis?

Akibat ketidak-konsistenan dalam peraturan ini adalah munculnya keruwetan-keruwetan dalam penyelenggaraan UN serta terus mengundang perdebatan dan pro-kontra yang berkepanjangan.

GURITA KEKUASAAN & KERUWETAN UN
Keruwetan dalam penyelenggaraan UN diawali dengan “penggelembungan” pasal 58 UU Sisdiknas (hanya mengatur penilaian oleh pendidik) menjadi pasal 63 PP 19/2005, yang kemudian dirinci menjadi pasal 64 (penilaian oleh pendidik), pasal 65 (penilaian oleh satuan pendidikan), dan pasal 66 – 72 (penilaian oleh pemerintah).
Dalam pasal 64 PP 19/2005, penilaian oleh pendidik sudah sesuai dengan pasal 58 UU Sisdiknas. Dijelaskan panjang lebar dalam pasal 64 ini, tujuan, bentuk, manfaat, serta cara penilaian untuk setiap kelompok mata pelajaran. BSNP pun masih melakukan intervensi dengan menentukan panduan penilaian hasil belajar oleh pendidik ini.
Sedangkan pasal 65 PP 19/2005, penilaian oleh sekolah atau satuan pendidikan, sesungguhnya tidak pernah disebut-sebut dalam UU Sisdiknas. Menurut pasal 65, satuan pendidikan memiliki peran dalam melakukan penilaian akhir hasil belajar siswa untuk semua kelompok matapelajaran non-IPTEK, dan ujian sekolah (US) untuk kelompok matapelajaran IPTEK.Hasil belajar ini digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kelulusan siswa dari satuan pendidikan.
Yang luar biasa rinci adalah peraturan tentang penilaian hasil belajar oleh pemerintah, yaitu tujuh pasal (pasal 66 s.d. 72) dengan total 19 ayat. Bagian ini mengatur tentang penilaian hasil belajar siswa yang disebut dengan Ujian Nasional (UN), mulai dari tujuannya, prinsipnya, waktu pelaksanaannya, penyelenggaranya, manfaatnya, peserta-nya, mata pelajaran yang diujikan, serta kelulusannya.
Ketentuan kelulusan yang diatur pasal 72 ayat (1) PP 19 Tahun 2005 Sesungguhnya tidak memberikan peran yang memadai kepada pendidik dalam penentuan kelulusan siswa. Peran pendidik dalam penilaian hasil belajar sebagaimana yang diatur dalam pasal 58 UU Sisdiknas dan/atau pasal 64 PP 19/2005 tidak banyak berarti, karana dikalahkan oleh peran pemerintah (Depdiknas dan BSNP). Penyimpangan ini harus disadari oleh Depdiknas atau pemerintah, serta lembaga legislatif agar dilakukan perbaikan terhadap pasal-pasal tentang standar penilaian ini.

Perhatikan ilustrasi berikut, yang menggambarkan “gurita kekuasaan” pemerintah dalam pelaksanaan penilaian hasil belajar siswa yang diatur dalam PP 19/2005.

BAGAN “GURITA KASAAN PEMERINTAH”
DALAM PENILAIAN HASIL BELAJAR
Terhadap 5 kelompok mapel di sekolah Terhadap 5 kelompok mapel di sekolah Terhadap mapel kelompok IPTEK
Bentuk : ulangan2 harian, tengah semester, akhir semester, kenaikan kelas Bentuk : ujian akhir sekolah, dan Ujian Sekolah (IPTEK) Bentuk : ujian nasional (UN)
Tujuan :
• memantau proses
• kemajuan
• perbaikan hasil belajar Tujuan :
Untuk menilai pencapaian SKL semua mapel Tujuan :
Untuk menilai pencapaian SKL secara nasional untuk mapel IPTEK

Digunakan untuk :
• menilai pencapaian kompetensi siswa
• bahan penyusunan LHBS/Rapor
• memperbaiki proses pembelajaran Digunakan untuk :
• menentukan kelulusan siswa (dengan mem-pertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik Digunakan untuk salah satu pertimbangan :
• penetapan mutu program dan satuan pendidikan (SP)
• dasar seleksi masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya
• penentuan kelulusan dari program/SP
• pembinaan dan pemberian bantuan kepada SP untuk peningkatan mutu
Teknik penilaian :
• Pengamatan – perubahan perilaku dan sikap siswa
• Ulangan/Tugas – untuk aspek kognitif Kriteria :
Nilai > nilai batas (KKM) yang ditetapkan BSNP Kriteria kelulusan :
Ditentukan oleh BSNP
(ditetapkan dengan Peraturan Menteri)

Sumber : UU Sisdiknas dan PP 19/2005 (diubah dalam bentuk bagan)

Pendidik yang semula, menurut pasal 58 UU Sisdiknas, adalah pelaksana penilaian hasil belajar siswa, ternyata tidak banyak berperan dalam penentuan kelulusan siswa-siswanya. Karena hasil penilaian oleh pendidik ini hanya digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran daripada penentuan kelulusan siswa (pasal 64 PP 19/2005). Paling banter hasil penilaian oleh pendidik ini hanya dipertimbangkan dalam penilaian akhir hasil belajar oleh sekolah (Pasal 65 PP 19/2005).
Walaupun menurut pasal 72 PP 19/2005 hasil penilaian oleh pendidik ini memiliki kontribusi dalam penentuan kelulusan siswa, namun pada kenyataannya kelulusan UN lebih menentukan daripada hasil US, dan apalagi hasil ulangan-ulangan dari pendidik. Hal ini sangat terlihat dalam pelaksanan UN di SMP/MTS dan SMA/MA/SMK selama beberapa tahun terakhir ini. Lalu bagaimana dengan UN di SD kelak? (Bersambung).

MENYONGSONG UJIAN NASIONAL DI SD:
MASIH WACANA, SUDAH RENCANA, ATAU AKAN JADI BENCANA?
(Bagian 2)

Oleh : Nanang Rijono


EBTANAS DAN UAS SD
Evaluasi belajar tahap akhir nasional (Ebtanas) mulai dilaksanakan mulai tahun pelajaran 1980/1981 yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila yang dikelola oleh Ditjen Dikdasmen. Pada tahun-tahun selanjutnya jumlah mata pelajaran berkembang hingga seperti sekarang ini. Penyelenggaraan Ebtanas ini dimaksudkan sebagai pengganti ujian nasional yang dihentikan sejak tahun 1968. Dari tahun 1968 hingga tahun 1981 berlaku ujian sekolah untuk menentukan kelulusan siswa. Ebtanas berlaku pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah (SM).
Penyelenggaraan Ebtanas berkembang dari tahun ke tahun baik dari segi perencanaan, penyiapan bahan ujian, jumlah mata pelajaran yang diujikan, mekanisme pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil ujian. Dalam perjalanan pelaksanaan Ebtanas ini, Pusat Pengujian, Balitbang ditugaskan untuk menyiapkan bahan Ebtanas, yang awalnya untuk jenjang SLTP, kemudian SD, dan terakhir untuk SM, namun tetap dengan kerjasama Ditjen Dikdasmen.
Dalam penyelenggaraan Ebtanas ini muncul berbagai permasalahan seperti adanya sekolah hanya mengejar target NEM tinggi, besarnya biaya pungutan Ebtanas, kebocoran tes Ebtanas, NEM aspal (asli tapi palsu), sehingga menimbulkan pro dan kontra. Depdiknas telah melakukan survey terhadap pelaksanaan Ebtanas ini pada tahun 1999/2000. Puncaknya, Mendiknas menghapus pelaksanaan Ebtanas SD/MI/SDLB dengan Keputusan Mendiknas No. 011/U/2002 tanggal 28 Januari 2002 tentang Penghapusan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional untuk SD, SDLB & MI. Alasan yang dipergunakan Mendiknas tidak terkait dengan permasalahan-permasalahan di atas melainkan sebagai berikut :
a. Untuk mendukung wajib belajar 9 tahun, perlu ada penyesuaian sistem penilaian di SD, SDLB, MI
b. Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan SDM, perlu ada penilaian yang sistematis dan berkelanjutan
c. Untuk memberdayakan sekolah, perlu memberikan kewenangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan penilaian

Sebagai pengganti Ebtanas, Mendiknas mengeluarkan Kepmendiknas No. 012/U/2002 tentang Sistem Penilaian di SD, SDLB & MI. Penilaian hasil belajar di sekolah menurut peraturan Menteri ini berupa penilaian kelas dan ujian.Tujuan penilaian hasil belajar ádalah untuk (a) menilai hasil belajar siswa di sekolah; (b) memper-tanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan kepada masyarakat; dan (c) mengetahui mutu pendidikan pada sekolah.
Atas dasar keputusan menteri tersebut, maka mulai tahun 2002/2003 di SD diberlakukan ujian sekolah, yang secara rinci diperjelas dengan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional nomor 137/C/Kep/MN/2003 tentang Penyelenggaraan Ujian Akhir Sekolah. Penyelenggaraan ujian akhir sekolah konon sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.

Dalam Pedoman Pelaksanaan Ujian Akhir Sekolah tingkat SD dan MI diatur berbagai hal tentang pelaksanaan ujian akhir sekolah dan kriteria kelulusan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.
Kriteria kelulusan UAS SD yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) memiliki nilai rapor semester 2 kelas VI; dan (2) telah mengikuti Ujian Sekolah dan memiliki nilai untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan (nilai minimal nilai masing-masing mata pelajaran akan ditentukan kemudian. Pada tahun 2004/2005 ditetapkan minimal 4,26) Bagi sekolah/madrasah yang menetapkan kriteria kelulusan lebih dari yang telah disebutkan di atas, perlu mendapat persetujuan dari Majelis/Komite Sekolah dan melaporkannya ke Dinas Pendidikan/Kandepag Kab/Kota sesuai dengan kewenangannya.

Sedangkan untuk menentukan kelulusan siswa dalam Pedoman Pelaksanaan UAS tahun 2004/2005 dilakukan dengan cara berikut :
1. Penentuan siswa yang lulus dilakukan oleh sekolah/madrasah dalam suatu rapat Dewan Guru dengan mempertimbangkan nilai rapor, nilai Ujian Sekolah, sikap/ perilaku/budi pekerti siswa yang bersangkutan.
2. Penentuan lulus bagi siswa sekolah/madrasah yang menggabung dilakukan bersama-sama dengan sekolah/madrasah penyelenggara Ujian Sekolah dengan memper-timbangkan nilai rapor, nilai Ujian Sekolah, sikap/perilaku/budi pekerti siswa yang bersangkutan dalam suatu rapat dewan guru.
3. Siswa dinyatakan lulus apabila memenuhi kriteria kelulusan.
4. Siswa yang dinyatakan lulus diberi ijazah, dan rapor sampai dengan semester 2 kelas VI Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
5. Siswa yang tidak lulus tidak memperoleh ijazah namun dapat mengikuti ujian periode berikutnya dengan mengulang di kelas terakhir.


MENGAPA PERLU UN DI SD?
Ada beberapa pertanyaan tentang UN di SD yang akan dilaksanakan mulai tahun 2008. Apakah rasionalnya? Apakah pelaksanaan US di SD suatu kemajuan atau kemunduran? Akankah kembali kepada sentralisasi?
Ketika EBTANAS SD/MI/SDLB dihapuskan pada tahun 2002, dan kemudian diberlakukan UAS, rasional atau konsideran yang diajukan Mendiknas antara lain, (1)
Untuk mendukung wajib belajar 9 tahun, perlu ada penyesuaian sistem penilaian di SD, SDLB, MI; (2) untuk meningkatkan mutu pendidikan dan SDM, perlu ada penilaian ang sistematis dan berkelanjutan; dan (3) untuk memberdayakan sekolah, perlu memberikan kewenangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan penilaian. Tiga rasional tersebut perlu diperhatikan pemerintah (Depdiknas atau BSNP) ketika akan melaksanakan UN di SD – walaupun peraturan Mendiknas No. 12/U/2002 ini tidak sesuai lagi dengan UU Sisdiknas dan PP 19/2005.
Jika Depdiknas mengatakan bahwa UN di SD merupakan anamat PP 19/2005, maka perlu dikaji kembali pendirian tersebut. Pelaksanaan UN untuk SMP/MTs dan SMA/MA/SMK saja menimbulkan keruwetan dan berpotensi melanggar UU Sisdiknas. Kenapa harus ngotot mau melaksanakan UN di SD? Dalam PP 19/2005 memang ada pasal yang mengatur pelaksanaan UN di SD, yaitu pasal 67 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Pemerintah menugaskan BSNP untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah dan jalur nonformal kesetaraan”. Namun dalam UU Sisdiknas tetap tidak ada peran pemerintah dalam menyelenggarakan UN.
Apakah penyelenggaraan UN di SD sejalan dengan “rasional” yang pernah dipakai dalam Kepmendiknas No. 12/U/2002? Misalnya, UN mendukung program wajib belajar yang bermutu; artinya, walaupun pendidikan dasar merupakan program wajib belajar, namun siswa yang tidak memenuhi kriteria kelulusan UN, yang tidak perlu diluluskan. Dengan kata lain, wajib belajar tidak sama dengan wajib meluluskan siswa dari sekolah. Kedua, UN di SD merupakan suatu rangkaian sistem penilaian pendidikan, sehingga sejak jenjang SD, SMP dan SMA perlu dilakukan penilaian (baca: UN) yang sistematis dan berkelanjutan. Ketiga, untuk memberdayakan sekolah dalam penilaian, dengan memberikan kewenangan kepada sekolah untuk melakukan penilaian sendiri – seperti yang berlangsung saat ini. Daerah dan sekolah diberi kewenangan menyusun soal sendiri dan menyelenggarakan UAS di SD sebagai perwujudan dari otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan.
Hal yang ketiga ini masih belum jelas. Maybe yes, maybe no! Apakah UN diselenggarakan sepenuhnya oleh daerah; dalam arti sejak penyusunan naskah ujian (soal UN), penggandaan, pelaksanaan, penentuan kelulusan, sampai dengan pembiayaannya menjadi kewenangan dan tugas daerah. Jika YA, berarti modus UN di SD tersebut sama dengan UAS yang dilaksanakan saat ini. Depdiknas melalui Puspendik menentukan rambu-rambu pelaksanaan UN, BSNP menetapkan SKL UN dari matapelajaran yang diujikan, POS, kriteria kelulusan, dan sebagainya. Sedangkan daerah secara otonom melaksanakannya. Jika YA, UN di SD merupakan “peningkatan status” dari US yang dilaksanakan selama ini.
Jika TIDAK, berarti modus UN di SD akan menggunakan modus UN di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Artinya, SKL UN dan POS UN dan Soal UN ditetapkan di Pusat, Provinsi yang menggandakan soal UN, daerah sebagai pelaksana. Pemeriksaan hasil UN dilaksanakan di tingkat provinsi, sedangkan penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan ditentukan oleh sekolah. Dengan demikian, UN yang akan dilaksanakan di SD merupakan sesuatu yang “baru”, sehingga harus disosialisasikan jauh-jauh hari kepada siswa, orang tua, guru dan sekolah.

PELAJARAN YANG DIUJIKAN
Dalam PP 19/2005 pasal 70 sudah ditetapkan mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional (UN) sebagai berikut :





TABEL : MATAPELAJARAN UJIAN NASIONAL

No Jenis & Jenjang Mata Pelajaran yang Diujikan dalam UN
1 SD/MI
Bhs. Indonesia, Matematika, dan IPA
2 Paket A
Bhs. Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKN
3 SMP/MTS
Bhs. Indonesia, Matematika, Bhs. Inggris dan IPA
4 Paket B
Bhs. Indonesia, Matematika, Bhs. Inggris, IPA, IPS dan PKN
5 SMA/MA Bhs. Indonesia, Matematika, Bhs. Inggris dan mata pelajaran khas jurusannya
6 SMK Bhs. Indonesia, Matematika, Bhs. Inggris dan mata pelajaran khas kejuruannya
7 Paket C Bhs. Indonesia, Matematika, Bhs. Inggris dan mata pelajaran khas jurusannya
Sumber : PP 19/2005 (diubah dalam bentuk tabel)


Dalam US di SD saat ini, ada lima mata pelajaran yang diujikan. Namun jika kelak UN SD dilaksanakan, maka mata pelajaran UN hanya tiga buah: Bahasa Indonesia, Matematika, dan IPA. Kelihatannya berkurang, dari lima menjadi tiga. Eit, jangan keburu senang. Pasti nanti akan ada ujian sekolah (US) yang diujikan untuk mata pelajaran IPTEK (yakni IPS), dan mungkin mata pelajaran non-IPTEK yang dipaksakan di-US-kan seperti dalam UN SMP/MTS dan SMA/MA saat ini; Misalnya Pendidikan Agama, PKN, Kesenian, Penjas-Orkes bisa diujikan secara teori dan praktik.

Jika kita mau belajar dari penyelenggaraan UN di SMP/MTs dan SMA/MA yang masih menimbulkan banyak masalah, maka kita harus mengantisipasi bahwa akan semakin banyak permasalahan dalam UN di SD. Pro dan kontra terhadap penyelenggaraan UN di SD ini pun akan segera bermunculan. Apa sajakah itu? (Bersambung).

MENYONGSONG UJIAN NASIONAL DI SD:
MASIH WACANA, SUDAH RENCANA, ATAU AKAN JADI BENCANA?
(Bagian 3)

Oleh : Nanang Rijono

PRO-KONTRA YANG MUNCUL
Jika UN di SD masih merupakan wacana, diskursus, maka wajar jika muncul pro dan kontra, karena masih banyak hal yang belum jelas tentang rencana UN di SD tersebut. Misalnya, sudah tepatkah kebijakan Depdiknas tentang pelaksanaan UN di SD ini, sementara kesenjangan layanan pendidikan antar daerah, dan wilayah masih sedemikian lebar dan sistem pendidikan masional masih belum terbentuk secara utuh? UN di SD ini sesungguhnya untuk apa? Untuk pemetaan mutu pendidikan, untuk penentuan kelulusan siswa, atau untuk syarat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi? Lalu, kriteria kelulusannya seperti apa? Berapa batas minimal nilai mata pelajaran UN? Apakah akan ada UN susulan di SD? Apakah siswa yang tidak lulu UN akan “disalurkan” ke kesetaraan Paket A? Lalu, jika mereka sudah lulus, ijazahnya untuk apa? Biaya yang diperlukan UN SD – yang bisa dipastikan 2 kali lipat daripada UN SMP dan SMA – dari mana? Dari APBN atau APBD? Apakah kebijakan UN di SD ini tidak menghambat program Wajar Dikdas 9 Tahun, jika ternyata UN di SD ini menyebabkan banyak siswa yang tidak lulus, sehingga angka transisi menjadi turun, APK di SMP/MTs menjadi lebih rendah? Dan sebagainya.

Sorotan sangat tajam terhadap UN di SD ini selain dari aspek hukum (UU Sisdiknas dan PP 19/2005 yang masih belum sinkron, seperti yang dikupas pada bagian 1), juga aspek keadilan, psikologi, dan pembelajaran. Apakah adil, jika kondisi sekolah dengan pembelajaran yang sangat beragam karena berbagai faktor, siswa kemudian diuji dengan soal standar kota – di Jawa dengan alasan demikianlah standar nasional pendidikan kita? Apakah aspek psikologi anak yang minat belajarnya belum tinggi, perkembangan mental dan kemampuan masih belum optimal lantas diabaikan, demi pencapaian standar mutu nasional?
Pihak Depdiknas dan jajarannya bisa saja berdalih, bahwa mereka hanya melaksanakan amanat UU dan PP yang ada, mereka melaksanakan itu demi memotivasi anak, guru, sekolah dan masyarakat untuk mencapai pendidikan yang bermutu. Namun apakah pembangunan pendidikan saat ini sudah dibenahi dengan baik, merata, dan berkeadilan? Sarana dan prasarana yang rusak atau tidak lengkap, guru yang jumlahnya kurang atau tidak cakap, gaji dan insentif kesejahteraan yang pas-pasan, menjadi pemicu pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik, apakah sudah ditangani dengan serius?
Sementara itu, standar proses dan standar penilaian pendidikan sesuai dengan SI dan SKL yang sudah ditetapkan Mendiknas belum dibuat oleh BSNP. Entah BSNP lupa atau karena kesibukannya sangat padat untuk mengurusi UN dan Sertifikasi Guru, sampai-sampai komponen standar KTSP ( SI, SKL, standar proses, dan standar penilaian) belum dibuat. Kita tunggu sajalah karya BSNP tentang standar proses dan standar penilaian tersebut.
Persoalan lain yang akan diperdebatkan, adalah manfaat atau kegunaan dari UN di SD itu sebenarnya untuk apa – dan untuk siapa? Apakah UN di SD digunakan untuk pemetaan mutu pendidikan dasar (SD)? Sehingga ketika diperoleh hasil UN siswa di suatu daerah atau sekolah rendah, banyak siswa yang masuk kategori “tidak lulus”, maka Depdiknas atau Dinas Pendidikan segera merancang program intervensi untuk membina dan meningkatkan mutu pendidikan di daerah dan sekolah tersebut. Demikian pula sebaliknya jika daerah atau sekolah sudah memperoleh nilai UN SD baik.
Apakah hasil UN digunakan sebagai dasar penilaian kelulusan siswa SD atau untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi? Jika YA, maka permasalahan baru akan segera bermunculan – sebagaimana masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan UN di SMP atau SMA. Isyu kecurangan, kebocoran soal, kesepakatan mEmanipulasi, jam pembelajaran yang dikurangi untuk matapelajaran non-UN, program instan untuk sukses UN, dan sebagainya akan bermunculan. Sementara itu rentang kontrol semakin sulit, karena persebaran SD yang sangat meluas dan nyaris tidak terjangkau oleh tim pemantau dan pengawas independen.

KRITERIA KELULUSAN
Belum lagi masalah kriteria kelulusan. Batasan lulus yang akan ditetapkan oleh BSNP berapa : 5,00 ; 5,25; atau 5,50? Apakah langsung setinggi itu – seperti yang direncanakan di SMP atau SMA ? Bagi siswa SD di daerah perkotaan – di Jawa sana, atau sekolah yang maju di kota-kota di Kaltim, mungkin tidak menjadi masalah. Namun untuk daerah perdesaan, pedalaman, atau perbatasan yang kondisi sarana-prasarana, guru, dan pembelajaran tidak memadai, akan menjadi masalah.
Penetapan kriteria kelulusan ini sangat tergantung kepada “kepekaan” BSNP dalam mempelajari kondisi riil dunia pendidikan kita; bukan karena pesan atau bisikan pejabat tinggi negeri. Kalau tidak, pelaksanaan UN di SD ini akan menjadi bencana nasional yang lebih parah daripada bencana Lumpur Sidoarjo – karena akan mengorbankan satu generasi anak negeri ini – akibat kesalahan kebijakan dalam bidang pendidikan.

BIAYA YANG DISIAPKAN
Biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan UN di SD sangat besar. Biaya itu akan digunakan untuk penyusunan, penggandaan dan pendistribusian, naskah UN SD dan lembar jawabannya, pelaksanaan ujian, pemeriksaan, serta pengawasan dan pemantauan. Siapa yang membiayai: Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah? Dana APBN atau APBD? Selama ini biaya untuk UAS SD/MI bersumber dari APBD, karena UAS SD tersebut menjadi kewenangan daerah. Walaupun dana terbatas dan sering terancam terlambat pencairannya, UAS SD dapat berjalan sesuai rencana. Nah, apakah pemerintah daerah mau menyediakan dana sepenuhnya dari APBD untuk pelaksanaan UN yang direncanakan tahun 2008? Entahlah! Kalau kebijakan UN di SD ini tidak ditetapkan lebih awal, maka panitia anggaran di daerah tidak mengalokasikan dana untuk UN tersebut secara memadai. Sehingga pelaksanaan UN SD tahun 2008 bisa mengalami kegagalan karena tidak tersedia yang diperlukan.
Apakah pemerintah pusat atau Depdiknas yang menyediakan dana UN SD tersebut? Sulit diharapkan – karena DPR sudah “mengancam” akan membatasi dan bahkan meniadakan dana untuk UN, jika pelaksanaannya masih semrawut semacam ini. Lalu, apakah DPR mau menyetujui anggaran dalam APBN untuk UN di SD, sementara kejelasan kebijakan Depdiknas tentang UN di SD ini masih belum nampak. Bahkan bisa saja DPR tidak setuju dengan kebijakan UN SD itu sendiri. Karena Ketua DPR RI Agung Laksono sudah mengisyaratkan agar masyarakat pendidik melakukan judicial review terhadap UN, karena ada penyimpangan PP 19/2005 dari UU Sisdiknas tentang UN ini.
Kalau sudah ada warning semacam ini, apakah Depdiknas akan tetap ngotot dengan rencana UN di SD yang dasar hukumnya diambil dari PP 19/2005 itu?

UN SD VS WAJAR DIKDAS 9 TAHUN
Pemerintah sudah mencanangkan percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Melalui Inpres No. 5 Tahun 2006, Presiden SBY telah mencanangkan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun dan Buta Aksara. Mendiknas dan Menko Kesra juga sudah mengeluarkan keputusan menteri untuk mendukung Inpres tersebut.
Ketika Ebtanas dihapus dan UAS dimunculkan, salah satu konsiderannya adalah untuk mendukung program Wajar Dikdas 9 Tahun. Lalu, apakah pelaksanaan UN di SD juha akan mendukung program Wajar Dikdas 9 Tahun? Pasti! UN di SD adalah untuk mendukung Wajar Dikdas 9 Tahun yang bermutu. Benarkah? Lho, mengapa masih ragu?
Keraguan saya terletak pada persoalan yang belum diputuskan : apakah UN di SD untuk pemetaan mutu pendidikan di SD atau untuk menentukan kelulusan siswa SD? Jika UN di SD hanya dan hanya untuk pemetaan mutu pendidikan di SD, maka program UN ini tidak akan berpengaruh kepada program Wajar Dikdas 9 Tahun. Namun jika, UN di SD lebih difokuskan untuk menentukan kelulusan siswa SD, disini akan menjadi batu sandungan program Wajar Dikdas 9 Tahun.
Saya sepakat, bahwa program Wajar Dikdas 9 Tahun tidak bisa menjadi penyebab semua siswa pasti naik kelas dan pasti lulus, alias mengabaikan mutu pendidikan. Bahwa peserta didik pada pendidikan dasar baru bisa naik kelas atau lulus jika telah memperoleh hasil belajar yang memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) adalah suatu keharusan. Namun menjadikan UN sebagai “filter” kelulusan siswa di SD – dengan dalih apapun, akan menyebabkan program Wajar Dikdas 9 Tahun akan terkendala.
Pemda dan Dinas Pendidikan mana yang berani menjamin siswa di daerahnya bisa lulus 100% dalam UN di SD? Jika mereka menjamin hanya 95% yang bisa lulus SD, berarti ada 5% yang tidak lulus dikalikan dengan jumlah siswa pesreta UN. Apakah siswa yang tidak lulus UN ini akan mau mengulang sekolah, ikut kesetaraan paket A, atau malahan putus sekolah, siapa yang tahu? Pemda dan Dinas Pendidikan saya yakin tidak berani menjamin.
Lalu, apakah demi mencapai kelulusan 100% tersebut, maka program instan harus dilakukan, manipulasi dan kecurangan dirancang secara sistematis, atau apapunlah yang penting semua siswa SD lulus semua – agar tidak memalukan dan menghambat Wajar Dikdas 9 Tahun? Kalau hal ini menjadi pilihan, maka pendidikan akan menjadi wahana pembodohan yang tersistematis.

PENUTUP
Mari kita tunggu kebijakan Depdiknas tentang UN ini, dan kita cermati bagaimana implementasinya. Apakah berhasil atau “berhasil” dengan banyak catatan – kalau tidak masu disebut “gagal”.
Kegagalan implementasi suatu kebijakan publik bisa berbentuk salah satu dari tiga hal berikut. Pertama, keputusannya memang buruk (bad execution), sehingga implementasi di lapangan juga buruk atau gagal. Kedua, adalah implementasi yang buruk (bad implementation) dari sebuah kebijakan yang sesungguhnya baik. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan aparat pelaksana, SDM, ketersediaan dana, sarana dan prasarana, dan lain lain yang diperlukan untuk implementasi, Akibatnya, implementasi kebijakan di lapangan menjadi gagal. Ketiga, nasib buruk dari kebijakan tersebut (bad luck), dimana kebijakan yang sudah baik, tenaga yang diperlukan sudah ada, sarana dan prasarana sudah cukup, namun ditolak oleh masyarakat, sehingga menjadi tidak dapat diimplementasikan. Apes sekali nasibnya.
Lalu, implementasi kebijakan-kebijakan pendidikan kita, termasuk kebijakan UN di SD, terkategori yang mana, sehingga pembangunan pendidikan kita yang sudah menghabiskan triliunan rupiah kok tidak menunjukkan hasil yang sesuai? Akankah UN di SD akan menjadi bencana? Wallahu’alam bil shawab! (Habis).


Balikpapan – Samarinda, 10 – 13 Mei 2007
Selengkapnya...

MEMBEDAH KISI-KISI SOAL UASBN 2008/2009
(Bagian 1)

Oleh : Nanang Rijono

UASBN TAHUN 2008/2009 sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Mendiknas No. 82 Tahun 2008 dilengkapi dengan kisi-kisi soal UASBN. Ini merupakan sebuah langkah maju dan elegan untuk “mendongkrak” nilai UASBN agar bisa mencapai criteria kelulusan yang telah ditetapkan.

Dalam UASBN Tahun 2007/2008 sebagaimana ditetapkan dengan Peraturan Mendiknas No. 39 tahun 2007, Depdiknas belum menetapkan kisi-kisi soal UASBN. Depdiknas hanya menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) UASBN SKL UASBN 2007/2008 hanya memuat Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Uraiannya. Sedangkan pada UASBN 2008/2009, Depdiknas sudah menetapkan Kisi-kisi Soal UASBN, yang memuat SKL, Kemampuan yang Diuji, dan Indikatornya.
Dengan adanya Kisi-kisi soal UASBN ini, maka guru akan menjadi lebih mudah dalam membuat soal prediksi untuk menghadapi UASBN 2008/2009.

MANFAAT KISI-KISI SOAL UASBN
Sepintas Kisi-kisi soal UASBN hanya untuk kepentingan menghadapi UASBN. Memang ini adalah manfaat utama penyusunan kisi-kisi soal UASBN, yakni sebagai pedoman penyusunan soal ujian tulis untuk UN di SD. Dengan “mempelajari” kisi-kisi soal UASBN ini, penyusun soal dapat membuat paket-paket soal untuk berbagai kepentingan, dengan berbagai tingkat kesukaran, dan sebagainya. Guru yang mempelajari kisi-kisi soal, bisa memprediksikan materi soal apa dan pada kelas berapa materi soal itu diambil, sehingga bisa diketahui sebaran soal yang akan dibuat, apakah dari kelas IV, V atau VI SD, pada semester berapa, dan seberapa banyak masing-masing soal menurut kelas.
Untuk menghadapi UASBN 2008/2009 ini, kisi-kisi soal ini dapat dipakai untuk menyusun soal ujicoba (tryout) atau semacam tes daya serap siswa atau tes penempatan. Sehingga dapat diketahui seberapa besar tingkat penguasaan siswa secara umum, materi soal apa yang umumnya sudah dikuasai dan yang belum dikuasai siswa.
Namun ada manfaat lain dari kisi-kisi soal UASBN ini: Pertama, guru kelas IV, V atau VI mengetahui materi atau uraian materi apa dan pada semester berapa yang pada tahun ini muncul atau keluar dalam UASBN. Sehingga guru bisa menandai pada silabus dan RPP matapelajaran Bahasa Indonessia, Matematika, atau IPA bahwa KD dan indikator dalam matapelajaran tersebut keluar dalam ujian.
Kedua, guru bisa menambahkan indikator dalam kisi-kisi UASBN ke dalam silabus dan RPP mata pelajar, jika ternyata indikator dalam kisi-kisi UASBN tersebut belum ada, belum dibuat, atau perlu ditambahkan dalam silabus dan RPP untuk KD yang relevan. Ketiga, dalam pelaksanaan pembelajajran, jika guru sampai pada KD yang telah ditandai ada materi atau uraian materi tertentu pernah keluar dalam UASBN, atau pada indikator yang berasal dari kisi-kisi soal UASBN, maka guru bisa memberikan penekanan, latihan tambahan, atau pendalaman agar siswa dapat menguasai materi tersebut – karena materi tersebut keluar dalam ujian nasional tahun 2008/2009 yang lalu.
Manakala dalam beberapa kali UASBN guru sudah mengkaji kisi-kisi soal UASBN, maka akan diketahui kecenderungan SKL, Kemampuan yang Diuji, dan Indikator apa yang kerap dikeluarkan dalam ujian nasional. Sehingga guru bisa melakukan pembenahan terhadap Silabus, RPP dan kegiatan pembelajar di kelas pada tahun-tahun mendatang.

MEMBEDAH KISI-KISI SOAL UASBN
Setelah mempelajari kisi-kisi soal UASBN, guru selanjutnya perlu “membedah” kisi-kisi soal tersebut, untuk menemukan Kompetensi yang Diujikan dan Indikator tersebut berasal dari KD dan Kelas/Semester berapa dari mata pelajaran yang diujikan. Dengan demikian dapat diketahui “asal-usul” soal yang akan dibuat. Kolom SKL, Kemampuan yang Diuji dan Indikator berasal dari Permendiknas No. 82 Tahun 2008. Sedangkan Kolom KD dan Kelas/Semester dibuat oleh penulis. Kalau “mau”, setelah Kelas/Semester dapat ditambahkan kolom Butir-butir Soal, Kunci Jawaban, dan Nomor Urut Soal.
Berikut ini contoh Kisi-kisi soal UASBN yang telah penulis bedah. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis mohon maaf apabila ternyata ketika penulis mencantumkan suatu KD dari suatu kelas/semester untuk sebuah indicator soal UASBN terdapat kekeliruan. Kekeliruan ini disebabkan, karena penulis tidak memiliki latar belakang Bahasa Indonesia, matematika apalagi IPA. Penulis juga tidak menguasai dengan baik materi pelajaran di SD sebagaimana para guru SD yang menurut saya mereka lebih menguasai dan ahli. Di samping penulis bekerja sendirian dalam membedah kisi-kisi soal UASBN, penulis melakukan pembedahan kisi-kisi ini di sela-sela waktu dan kegiatan penulis yang relatif padat. Sehingga kecermatan penulis sangat terbatas. Oleh karena itu, mohon para guru SD bisa melakukan pembedahan kisi-kisi sendiri, dengan melihat contoh yang sudah penulis buat.


PEMETAAN INDIKATOR DALAM SKLUASBN
DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN DI SD

MATA PELAJARAN UASBN : MATEMATIKA

NO SKL UASBN KEMAMPUAN YANG DIUJI INDIKATOR
(DALAM KISI-KISI) KOMPETENSI DASAR MATAPELAJARAN KELAS/
SMT
1 Menentukan hasil operasi hitung bilangan bulat, dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari Menentukan hasil operasi hitung penjumlahan dan pengurangan pada
bilangan cacah 1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
IV/1
Menentukan hasil operasi hitung perkalian dan pembagian pada bilangan cacah 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian
IV/1
Menentukan hasil operasi hitung campuran pada bilangan bulat 1.4 Melakukan operasi hitung campuran
IV/1
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pada bilangan bulat 1.1 Mengidentifikasi sifat-sifat operasi hitung
IV/1
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung
perkalian dan pembagian pada bilangan cacah 1.3 Melakukan operasi perkalian dan pembagian

5.4 Melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan IV/1

VI/2
Menentukan hasil operasi hitung bilangan pecahan dan menggunakan alam kehidup-an sehari-hari Menentukan hasil operasi hitung penjumlahan atau pengurangan
pecahan biasa dan campuran 6.3 Menjumlahkan pecahan
6.4 Mengurangkan pecahan
5.4 Melakukan operasi hitung yang melibatkan berbagai bentuk pecahan IV/2

VI/2
Menentukan hasil operasi hitung penjumlahan atau pengurangan
Pecahan desimal 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
V/2

Menentukan hasil perkalian atau pembagian pecahan biasa dan
Campuran 5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan V/2

Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan operasi hitung
campuran bilangan pecahan (biasa, campuran, dan desimal) 5.1 Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya
5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
5.3 Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan
V/2
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan pen Menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya menggunakan persen 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala V/2
Menyelesaikan masalah yang menggunakan kelipatan per-sekutuan terkecil (KPK) Menentukan nilai KPK dari tiga bilangan dua angka 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) IV/1
Menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya menggunakan 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB IV/1
Menyelesaikan masalah yang menggunakan faktor per-sekutuan terbesar (FPB) Menentukan nilai FPB dari tiga bilangan dua angka 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) IV/1
Menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya menggunakan FPB 2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB IV/1
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan perban-dingan dan skala Menyelesaikan soal cerita yang menggunakan perbandingan 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
5.5 Memecahkan masalah perbandingan dan skala V/2

VI/2
Menyelesaikan soal cerita yang menggunakan perhitungan skala 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
5.5 Memecahkan masalah perbandingan dan skala V/2

VI/2
Menentukan hasil operasi hitung dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan akar pangkat dua dan pangkat dua Menentukan hasil operasi hitung pen-jumlahan atau pengurangan bilangan pangkat dua dan akar pangkat dua 1.4 Menghitung perpangkatan dan akar sederhana
V/1
Diketahui luas sebuah persegi, siswa dapat menghitung panjang sisinya 3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar V/1
2 Menentukan hasil operasi hitung yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang, berat, luas, volume dalam pemecah-an masalah sehari-hari Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan operasi hitung penjumlahan atau pengurang-an satuan waktu yang berbeda 2.2 Melakukan operasi hitung satuan waktu
V/1
Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan penjumlahan atau pengurangan pada dua atau lebih satuan panjang yang berbeda 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat
IV/1
Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan operasi hitung dari beberapa satuan berat yang berbeda 3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan waktu, panjang dan berat
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas IV/1
Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan operasi hitung dari beberapa satuan luas yang berbeda 3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas IV/1
Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan operasi hitung dari beberapa satuan volume yang berbeda
3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan satuan kuantitas IV/1
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan jarak, kecepatan, dan waktu Menyelesaikan soal cerita sederhana yang berkaitan dengan jarak, kecepat-an, dan waktu 2.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan waktu, jarak, dan kecepatan V/1
3 Menentukan sifat dan unsur bangun geometri dua dimensi atau tiga dimensi serta menentukan hasil trans-formasi bangun datar Menentukan nama suatu bangun datar berdasarkan sifat-sifat bangun yang diketahui 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar
V/2
Menentukan banyaknya rusuk dari suatu gambar bangun ruang yang disajikan 6.3 Menentukan jaring-jaring berbagai bangun ruang sederhana
V/2
Menentukan hasil pencerminan dari gambar suatu bangun datar yang
Disajikan 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris
8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar IV/2
Menentukan hasil bayangan dari rotasi bangun datar dengan pusat
putaran ditentukan 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris
8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar IV/2
Menentukan sumbu simetri lipat dari gambar bangun datar yang disajikan 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun datar simetris IV/2
Menentukan luas dan keliling serta pemecahan masalah yang berkaitan dengan luas dan keliling bangun datar Menentukan keliling dari gambar gabungan dua bangun datar yang
disajikan beserta ukurannya . 4.1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga IV1
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan keliling bangun
Datar 4.1 Menentukan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas jajargenjang dan segitiga IV1
Menentukan luas dari gambar gabungan dua bangun datar yang
disajikan beserta ukurannya 3.1 Menghitung luas segi banyak yang merupakan gabungan dari dua bangun datar sederhana VI/1
Menentukan bentuk jaring-jaring bangun ruang Menentukan bentuk jaring-jaring kubus atau balok 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus
IV2
Menentukan volume bangun ruang Menentukan volume dari gabungan dua bangun ruang sisi datar (balok dan kubus) yang disajikan beserta ukuran-nya 4.1 Menghitung volume kubus dan balok
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
V/1
Menentukan luas permukaan dari bangun ruang Menentukan luas permukaan bangun ruang sisi datar (kubus atau balok) dari gambar yang diberikan

4.1 Menghitung volume kubus dan balok
4.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan volume kubus dan balok
V-1
4 Menentukan letak titik pada bidang koordinat yang ber-hubungan dengan sifat bangun datar
Menentukan letak salah satu titik koordinat dari suatu bangun datar yg terletak pada diagram kartesius 6.3 Menentukan posisi titik dalam sistem koordinat Kartesius VI/2
5 Membaca dan menafsirkan unsur dalam diagram batang dan diagram lingkaran Menentukan salah satu unsur yang belum diketahui dari gambar diagram batang yang disajikan 7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel dan diagram gambar, batang dan lingkaran
VI/2
Menentukan salah satu unsur yang belum diketahui dari gambar diagram lingkaran yang disajikan 7.1 Menyajikan data ke bentuk tabel dan diagram gambar, batang dan lingkaran
VI/2
Menghitung nilai rata-rata dan modus yang berkaitan dengan pemecahan masalah Menentukan nilai rata-rata dari sekumpulan data yang disediakan 7.2 Menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data VI/2
Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan modus dari sekumpulan data yang disediakan 7.2 Menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data
VI/2





KISI-KISI SOAL UASBN MATEMATIKA
Setelah dipetakan KD dan Kelas/Semesternya, Indikator dalam UASBN 2008/2009 terdiri atas 19 KD dari kelas IV, 14 KD dari kelas V, dan 10 KD dari kelas VI. Ini menunjukkan bahwa hal-hal mendasar (konsep dasar) matematika di SD yang pernah diberikan di kelas IV dan V banyak yang akan dikeluarkan dalam UASBN. Konsep-konsep dasar ini harus dikuasai dengan baik oleh siswa kelas IV yang akan menempuh ujian nasional tahun ini.
Biarpun sepintas jumlah KD di Kelas VI yang akan dikeluarkan dalam UASBN hanya sedikit, 10 KD saja, namun ternyata KD-KD terseb
Ut adalah seluruh KD yang ada di Kelas VI. Ini berarti, siswa harus menguasai seluruh materi pelajaran Matematika kelas VI. Sehingga guru, pada semester 2 ini, harus mengajarkan KD-KD Kelas VI semester 2, sambil membimbing siswanya mempersiapkan diri menghadapi UASBN dan melatih siswa untuk mengingat kembali konsep-konsep dasar matematika kelas IV dan V. Sungguh beban kerja yang tidak ringan – manakala tidak didukung oleh guru Kelas IV dan V dengan membuat siswa sudah menguasai konsep-konsep dasar matematika ketika mereka masih belajar di kelas IV atau kelas V.

CONTOH SOAL UASBN MATEMATIKA
Berikut ini beberapa contoh soal prediksi UASBN yang dapat dikembangkan dari kisi-kisi soal UASBN Matematika.
Soal 1 :
Kemampuan yang diuji : Menentukan bentuk jaring-jaring bangun ruang
Indikator : Menentukan bentuk jaring-jaring kubus atau balok
KD Mata pelajaran : 8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus
Kelas/Semester : IV/2
Butir Soal :
Gambar berikut ini yang bukan merupakan jaring-jaring kubus adalah ……….



Soal 2 :
Kemampuan yang diuji : Menghitung nilai rata-rata dan modus yang berkaitan dengan pemecahan masalah
Indikator : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan modus dari sekumpulan data yang disediakan
KD Mata pelajaran : 7.2 Menentukan rata-rata hitung dan modus sekumpulan data
Kelas/Semester : VI/2
Butir Soal:
Berikut ini data banyak buku tulis yang dibawa oleh siswa kelas VI. 3 Siswa membawa 10 buku tulis. 7 Siswa membawa 11 buku tulis. 10 Siswa membawa 12 buku tulis. 6 Siswa membawa 13 buku tulis. 4 Siswa membawa 14 buku tulis. Modus nya adalah :
a. 7 b. 10 c. 12 d. 14


Soal 3 :
Kemampuan yang diuji : Menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan persen
Indikator : Menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya menggunakan persen
KD Mata pelajaran : 5.4 Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala
Kelas/Semester : V/2
Butir soal :
Hasil panen seorang petani 6 ton gabah basah. Ketika dijemur menjadi gabah kering giling ternyata beratnya susut 37,5%. Dari gabah kering giling, ketika digiling menjadi beras beratnya susut 33,33%. Berapa ton beras yang diperoleh petani tersebut?
a.


Catatan : Dalam menyusun soal-soal ini, penulis hanya mengambil dari contoh soal yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) yang penulis download dari www.bse.depdiknas.go.id. Para guru SD dapat mengembangkan soal UASBN sesuai dengan kreativitas masing-masing dan sesuai kepentingan penyusunan: apakah untuk melatih siswa dalam bimbel menghadapi UASBN, atau untuk membuat soal prediksi, soal ujicoba, atau soal daya serap. Bisa saja bentuknya adalah pilihan ganda, sama dengan soal UASBN yang akan dilaksanakan pada awal Mei 2009 nanti. Atau dalam bentuk soal uraian, untuk melatih kemampuan siswa dalam menjawab soal dan menguasi konsep-konsep penting dalam KD yang diujikan. (Bersambung),





















MEMBEDAH KISI-KISI SOAL UASBN 2008/2009
(Bagian 2)

Oleh : Nanang Rijono



KISI-KISI SOAL UASBN IPA
Indikator-indikator dalam kisi-kisi soal UASBN setelah dipetakan ternyata ada beberapa yang memiliki dua buah KD dari dua kelas yang berbeda. Hal ini terjadi karena ada “penafsiran” terhadap ruang lingkup isi indikator pada kisi-kisi soal UASBN. Namun sebaran KD mata pelajaran IPA di SD kelas IV, V dan VI menurut indikator-indikator soal UASBN dpat dilihat dalam table berikut..


PEMETAAN INDIKATOR DALAM SKLUASBN
DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN DI SD

MATA PELAJARAN UASBN : IPA

NO SKL UASBN KEMAMPUAN YANG DIUJI INDIKATOR
(DALAM KISI-KISI) KOMPETENSI DASAR MATAPELAJARAN KELAS/
SMT
1 Menentukan ciri-ciri makhluk hidup tertentu Disajikan dua gambar hewan/ tumbuhan tertentu yang umum dikenal di suatu daerah, siswa dapat menentukan ciri khusus yang sama pada hewan/tumbuhan tersebut 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
1.2 Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya VI/1
Menentukan cara meng-golongkan makhluk hidup hewan/tumbuhan berdasar-kan ciri-cirinya Disajikan nama beberapa tumbuhan/ hewan dalam satu kelompok, siswa dapat menentukan dasar mengelom-pokkan dari tumbuhan/ hewan tersebut 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
1.2. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya VI/1
Menentukan cara perkembang-biakan hewan/ tumbuhan Melalui gambar tumbuhan/hewan siswa dapat menentukan cara per-kembangbiakannya 2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan
VI/1
Siswa dapat menentukan cara per-kembangbiakan yang cocok dari
hewan/tumbuhan yang umum dikenal, siswa 2.3 Mengidentifikasi cara perkembangbiakan tumbuhan dan hewan
VI/1
Menjelaskan manfaat hewan/ tumbuhan bagi kehidupan/ lingkungan Siswa dapat menentukan manfaat hewan/tumbuhan tertentu yang umum dikenal bagi manusia/ lingkungan 3.2 Mengidentifikasi bagian tumbuhan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan VI/1
Siswa dapat menjelaskan akibat penggunaan bahan tertentu dari
hewan/ tumbuhan yang berlebihan 3.3 Mengidentifikasi bagian tubuh hewan yang sering dimanfaatkan manusia yang mengarah pada ketidakseimbangan lingkungan V1/1
Menjelaskan tujuan pelestarian hewan/ tumbuhan langka Siswa dapat menjelaskan tujuan pelestarian hewan/tumbuhan langka
di suatu daerah 4.2 Mendeskripsikan pentingnya pelestarian jenis makhluk hidup untuk perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dan kehidupan masyarakat


VI/1
2 Menjelaskan bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara makhluk hidup dan lingkung-annya (rantai makanan, komunitas, dan simbiosis) Disajikan pernyataan tentang hewan/ tumbuhan untuk memper-oleh kebutuhan hidup dari hewan/ tumbuhan lain, siswa dapat menentu-kan bentuk hubungan di antara mereka (simbiosis) 5.1 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda
VI/1
Siswa dapat menentukan rantai makanan yang cocok dalam
komunitas/ ekosistem tertentu 5.2 Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda
VI/1
Siswa dapat menentukan hewan yang hidupnya sangat bergantung pada hewan/ tumbuhan lain 5.2. Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas VI/1
Menjelaskan bentuk dan fungsi alat tubuh mahluk hidup untuk penyesuaian diri terhadap lingkungannya Siswa dapat menjelaskan fungsi bentuk/ keadaan tubuh hewan atau
tumbuhan tertentu bagi kelang-sungan hidupnya 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
1.2. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya VI/1
Disajikan empat bentuk cakar burung (elang, bebek, ayam, kakak-tua dll), siswa dapat menentukan bentuk cakar sesuai fungsinya 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya
1.2. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya VI/1
3 Mengidentifikasi bagian-bagian tubuh manusia/ tumbuhan Siswa dapat menentukan bagian kerangka manusia berdasarkan gambar 1.1 Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
IV/1
Menjelaskan proses dan fungsi pada alat indra, pernapasan, pencernaan dan peredaran darah pada manusia Disajikan gambar alat indra, siswa dapat menentukan fungsi bagian alat indra yang ditandai 1.3. Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya
IV/1
Siswa dapat menjelaskan proses yang terjadi pada salah satu bagian alat pernafasan 1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia
V/1
Disajikan gambar alat pencernaan manusia, siswa dapat menentukan
fungsi zat yang dihasilkan pada bagian yang ditandai untuk proses
pencernaan
1.3 Mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan
V/1
Siswa dapat menentukan urutan aliran darah pada salah satu sistem Peredar-an darah manusia berdasarkan gambar 1.4 Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia
V/1
Menjelaskan fungsi organ pada manusia Siswa dapat menjelaskan fungsi organ pada tumbuhan 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan V/1
Menjelaskan manfaat zat makanan bagi kesehatan tubuh manusia Siswa dapat menjelaskan manfaat zat makanan tertentu bagi kesehatan
tubuh manusia 2.2 Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan V/1
Mengidentifikasi jenis-jenis penyakit pada manusia dan cara pencegahannya Siswa dapat menjelaskan gejala/cara pencegahan salah satu jenis penyakit pada manusia 1.4. Menerapkan cara memelihara kesehatan panca indera
1.5 Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah IV/1

V/1
4 Menjelaskan berbagai jenis perubahan wujud benda Siswa dapat menyebutkan contoh benda yang dapat mengalami perubahan wujud tertentu (mencair, membeku, menguap, mengembun,
menyublim) 6.1 Mengidentifikasi wujud benda padat, cair, dan gas memiliki sifat tertentu
6.2 Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair padat  cair; cair  gas  cair; padat  gas IV/1
Menjelaskan kegunaan/ manfaat perubahan wujud benda dalam kehidupan Siswa dapat menjelaskan contoh pemanfaatan perubahan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari (mencair, membeku, menguap, mengembun, menyublim) 6.3 Menjelaskan hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya IV/1
Menjelaskan pengaruh perubahan suhu terhadap benda dalam kehidupan sehari-hari (pemuaian, pembakaran, pengeringan dll) Disajikan ilustrasi tentang suatu kegiatan, siswa dapat menjelaskan
pengaruh suhu terhadap kegiatan tersebut 5.1. Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda.
5.2. Menjelaskan alasan pemilihan benda dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan kemampuan menghantarkan panas VI/1
Mengidentifikasi macam-macam perpindahan kalor Siswa dapat menjelaskan jenis per-pindahan kalor yang terjadi pada
suatu kegiatan/ peristiwa 5.1. Membandingkan sifat kemampuan menghantarkan panas dari berbagai benda.
VI/1
Menjelaskan konduktor dan isolator panas Disajikan gambar suatu alat, siswa dapat menentukan bagian alat yang
termasuk konduktor/isolator 6.2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menentukan pemilihan benda/bahan untuk tujuan tertentu (karet, logam, kayu, plastik) dalam kehidupan sehari-hari VI/1
5 Mengidentifikasi bentuk/ perubahan/manfaat /pengaruh energi dalam kehidupan sehari-hari Disajikan gambar alat/pernyataan yang berkaitan dengan energi, siswa
dapat mengidentifikasi bentuk energi yang digunakan/dihasilkan 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
IV/2
Disajikan gambar percobaan/ pernyataan yang berkaitan dengan
cahaya, siswa dapat menyebutkan sifat cahaya dari gambar/pernyataan tersebut 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya V/2

Menjelaskan macam-macam energi alternatif Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh energi alternatif 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya IV/2
Menjelaskan macam-macam sumber energi yang dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui Disajikan macam-macam sumber energi, siswa dapat mengelompokkan sumber energi yang dapat diperbarui dan yang tidak 8.1. Mendeskripsikan energi panas dan bunyi yang terdapat di lingkungan sekitar serta sifat-sifatnya
8.1. Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari IV/2


VI/2
Mengidentifikasi bentuk/ perubahan/manfaat/perubahan gaya dalam kehidupan sehari-hari Disajikan gambar kegiatan tertentu, siswa dapat menentukan jenis gaya yang dimanfaatkan 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet) V/2
Disajikan gambar salah satu pesawat sederhana, siswa dapat menentukan tenaga terbesar/terkecil pada kegiatan tersebut 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
V/2
Disajikan gambar/ilustrasi suatu kegiatan siswa dapat menentukan
jenis pesawat sederhana yang sesuai digunakan 5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
V/2
Menjelaskan cara- cara/ manfaat penghematan energi bagi kehidupan sehari-hari Disajikan suatu kasus, siswa dapat menjelaskan cara-cara/manfaat peng-hematan energi tertentu 8.1. Mengidentifikasi kegunaan energi listrik dan berpartisipasi dalam penghematannya dalam kehidupan sehari-hari VI/2
6 Menjelaskan berbagai jenis/ kegunaan/pelestarian sumber daya alam Disajikan pernyataan tentang pe-manfaatan salah satu jenis sumber daya alam, siswa dapat menentukan jenis sumber daya alam yang digunakan 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) V/2
Siswa dapat menyebutkan salah satu kegiatan yang dapat merusak
kelestarian sumber daya alam 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan V/2
Disajikan suatu kasus, siswa dapat menentukan cara melestarikan sumber daya alam tersebut 7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb) V/2
Menjelaskan berbagai macam/ dampak gejala alam Disajikan suatu peristiwa/gejala alam, siswa dapat menjelaskan dampak yang ditimbulkan 7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan V/2
7 Mengidentifikasi susunan tata surya Menentukan urutan tata letak/ciri-ciri planet dalam tata surya 9.1 Mendeskripsikan sistem tata surya dan posisi penyusun tata surya VI/2
Menjelaskan akibat gerakan bumi/bulan Menjelaskan akibat gerakan bumi/ bulan terhadap kehidupan di bumi 9.2 Mendeskripsikan peristiwa rotasi bumi, revolusi bumi dan revolusi bulan VI/2
Menjelaskan akibat/manfaat gerakan bumi/bulan Menentukan gambar saat terjadi gerhana matahari/bulan 9.3 Menjelaskan terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari VI/2
Menentukan jumlah hari berdasarkan penanggalan Masehi/Komariah 9.4 Menjelaskan perhitungan kalender Masehi dan kalender Hijriah VI/2



CONTOH SOAL UASBN IPA
Berikut ini beberapa contoh soal prediksi UASBN yang dapat dikembangkan dari kisi-kisi soal UASBN IPA.
Soal 1 :
Kemampuan yang diuji : Menjelaskan macam-macam energi alternatif
Indikator : Siswa dapat menyebutkan contoh-contoh energi alternatif
KD Mata pelajaran : 8.2 Menjelaskan berbagai energi alternatif dan cara penggunaannya
Kelas/Semester : IV/2
Butir Soal:
Contoh pemanfaatan energi alternatif adalah . . . .
a. memasak dengan kompor minyak tanah
b. menggunakan solar untuk bahan bakar mobil
c. menggunakan alat pemanas air energi matahari
d. mengeringkan ikan asin dengan oven

Soal 2 :
Kemampuan yang diuji : Menentukan ciri-ciri makhluk hidup tertentu
Indikator : Disajikan dua gambar hewan/ tumbuhan tertentu yang umum dikenal di suatu daerah, siswa dapat menentukan ciri khusus yang sama pada hewan/tumbuhan tersebut
KD Mata pelajaran : 1.1. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki hewan (kelelawar, cicak, bebek) dan lingkungan hidupnya. 1.2. Mendeskripsikan hubungan antara ciri-ciri khusus yang dimiliki tumbuhan (kaktus, tumbuhan pemakan serangga) dengan lingkungan hidupnya
Kelas/Semester : VI/1
Butir Soal :
Tumbuhan dengan tangkai berongga udara adalah :





Soal 3 :
Kemampuan yang diuji : Menjelaskan proses dan fungsi pada alat indra, pernapasan, pencernaan dan peredaran darah pada manusia
Indikator : Siswa dapat menjelaskan proses yang terjadi pada salah satu bagian alat pernafasan
KD Mata pelajaran : 1.1. Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia
Kelas/Semester :V/1
Butir Soal”
Pertukaran udara pernapasan pada manusia berlangsung di dalam . . . .
a. bronkiolus b alveolus. c. bronkus d. trakhea


Soal-soal ini, penulis ambil dari contoh soal yang ada di dalam Buku Sekolah Elektronik (BSE) IPA yang penulis download dari www.bse.depdiknas.go.id. (Bersambung)










MEMBEDAH KISI-KISI SOAL UASBN 2008/2009
(Bagian 3 - Habis)

Oleh : Nanang Rijono


KISI-KISI SOAL UASBN BAHASA INDONESIA
Kalau dicermati, kisi-kisi soal UASBN untuk matapelajaran Bahasa Indonesia sebagian indikator ada yang tidak tertuang secara eksplisit dalam KTSP, namun tertuang secara eksplisit dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK 2004). Hal ini memang sesuai dengan ketentuan dalam Permendiknas No. 82 Tahun 2008, bahwa materi UASBN merupakan iirisan atau interseksi dari tiga kurikulum : Kurikulum 1994, KBK 2004 dan KTSP 2006.
Hal ini tidak perlu dirisaukan, sebab walaupun secara eksplisit tidak terdapat di dalam KTSP, namun materi ujian dari indikator-indikator tersebut sudah pernah diajarkan oleh guru pada kelas IV s.d. VI secara berulang-ulang, tersirat dalam KD yang ada.
Dengan adanya indikator yang terdapat dalam KD, indikator atau materi KBK 2004 ini, kita disadarkan bahwa buku teks yang lama (yang disusun berdasarkan Kurikulum 1994 atau KBK 2004) masih bisa dipakai. Indikator-indikator ini perlu dimasukkan ke dalam silabus KTSP dan RPP Bahasa Indonesia pada kelas dan semester yang relevan.


PEMETAAN INDIKATOR DALAM SKLUASBN
DENGAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN DI SD

MATA PELAJARAN UASBN : BAHASA INDONESIA

NO SKL UASBN KEMAMPUAN YANG DIUJI INDIKATOR
(DALAM KISI-KISI) KOMPETENSI DASAR MATAPELAJARAN KELAS/
SMT
1 MEMBACA
Menentukan isi bacaan Disajikan teks nonsastra 3 – 4 paragraf, siswa dapat:
- menjawab pertanyaan apa 3.1 Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas

3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubrik khusus (majalah anak, koran, dll.) IV/1


VI/1
- menjawab pertanyaan bagaimana
- menjawab pertanyaan di mana
- menjawab pertanyaan mengapa
- menyimpulkan isi bacaan
Menentukan unsur intrinsik dongeng Disajikan cuplikan cerita rakyat, siswa dapat menentukan:
- Latar cerita 7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat V/2
- Watak salah satu tokoh dalam cerita
- Amanat dalam cerita
Disajikan cuplikan dongeng, siswa dapat menentukan perbedaan
watak dua tokoh dalam dongeng 7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat V/2
Menentukan isi laporan Disajikan laporan, siswa dapat menentukan topiknya 3.1 Mendeskripsikan isi dan teknik penyajian suatu laporan hasil pengamatan/kunjungan VI/1
Menentukan isi tersurat/ tersirat dari rubrik yang dibaca Disajikan cuplikan rubrik khusus dari media cetak, siswa dapat
menentukan isi/pesannya 3.2 Menanggapi informasi dari kolom/rubrik khusus (majalah anak, koran dll.) VI/1
Memahami unsur instrinsik puisi Disajikan puisi anak-anak, siswa dapat menentukan:
- Amanatnya
- Makna salah satu kata dalam puisi 3.2 Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75 kata per menit
3.3 Membaca puisi dengan lafal dan intonasi yang tepat V/1
Menentukan unsur instrinsik drama anak-anak Disajikan cuplikan teks drama anak-anak, siswa dapat menentukan
Amanatnya 7.2 Mengidentifikasi berbagai unsur (tokoh, sifat, latar, tema, jalan cerita, dan amanat) dari teks drama anak VI/2
Menentukan unsur instrinsik dan makna
kalimat cerita anak-anak Disajikan cerita anak satu paragraf, siswa dapat:
- Menentukan temanya
- Menentukan maksud salah satu kalimat dalam cerita
7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat V/2
Menentukan makna denah Disajikan denah lokasi tertentu, siswa dapat menunjukkan tempat tertentu dengan arah perjalanan yang tepat BERBICARA
2.1 Mendeskripsikan tempat sesuai dengan denah atau gambar dengan kalimat yang runtut
IV/1
2 MENULIS
Menulis dialog Disajikan teks dialog yang belum lengkap, siswa dapat melengkapinya
dengan kalimat yang tepat 4.1 Melengkapi percakapan yang belum selesai dengan memperhatikan penggunaan ejaan (tanda titik dua, dan tanda petik)
4.3 Menulis dialog sederhana antara dua atau tiga tokoh dengan memperhatikan isi serta perannya IV/1


V/1
Mengisi formulir Siswa dapat mengisi formulir ber-dasarkan ilustrasi yang disajikan 4.1 Mengisi formulir (pendaftaran, kartu anggota, wesel pos, kartu pos, daftar riwayat hidup, dll.) dengan benar VI/1
Menggunakan EYD Siswa dapat menentukan penulisan kata depan dalam kalimat dengan tepat KBK 2004 ?
Menyusun kalimat majemuk Disajikan 2 kalimat tunggal, siswa dapat menyusunnya menjadi kalimat majemuk dengan tepat KBK 2004 Materi Pokok
Kalimat majemuk setara (dan)
Kalimat majemuk setara (dan, atau)
IV
V
Menulis petunjuk pemakaian Disajikan petunjuk pemakaian sesuatu yang acak, siswa dapat mengurutkan-nya menjadi sebuah petunjuk yang logis 4.2 Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu
IV/1
Menggunakan sinonim dan antonim Disajikan kalimat, siswa dapat menuliskan sinonim dari salah satu
kata dalam kalimat tersebut dengan tepat KBK 2004 Materi Pokok
Kata-kata yang bersinonim

VI
Disajikan kalimat, siswa dapat menentukan antonim dari salah satu
kata dalam kalimat tersebut dengan tepat KBK 2004 Materi Pokok
Kata-kata yang berantonim
VI
Menggunakan imbuhan Disajikan kalimat rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan menentu-kan kata berimbuhan yang tepat ? ?
Menyusun paragraf Disajikan empat kalimat acak, siswa dapat mengurutkannya menjadi sebuah paragraf yang padu 4.1 Menyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhatikan penggunaan ejaan III/1
Disajikan paragraf rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan Kalimat yang tepat 4.3 Melengkapi bagian cerita yang hilang (rumpang) dengan menggunakan kata/kalimat yang tepat sehingga menjadi cerita yang padu IV/1
Menggunakan EYD Menentukan penggunaan huruf kapital yang tepat dalam kalimat ? ?
Disajikan kalimat tanpa tanda baca, siswa dapat menentukan tanda baca yang tepat
KBK 2004 Indikatror & Materi Pokok
Menggunakan EYD dengan tepat dalam menulis
Tanda baca: titik, koma, tanda pisah
IV
Menulis/ melengkapi pantun Disajikan pantun yang belum lengkap bagian isinya, siswa dapat meleng-kapinya dengan baris yang tepat 8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun IV/2
Disajikan pantun yang belum lengkap bagian sampirannya, siswa dapat melengkapinya dengan baris yang tepat 8.3 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-ciri pantun IV/2
Menyusun kalimat Disajikan kalimat, siswa dapat menentukan kalimat lain yang makna-nya sama KBK 2004 Indikator
Membandingkan isi antarteks dengan memberikan alasan
V
Disajikan gambar kegiatan, siswa dapat membuat kalimat sesuai dengan gambar tersebut ?
Disajikan kalimat tidak efektif, siswa dapat menentukan perbaikannya
menjadi kalimat efektif KBK 2004 Indikator dan Materi Pokok
Menulis pengumuman dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah dipahami
Kalimat Efektif
IV
Siswa dapat menentukan kalimat yang mengungkapkan rasa kagum/ kecewa berdasarkan ilustrasi atau gambar yang disajikan KBK 2004 Bersastra – Indikator
Mengungkapkan ekspresi yang tepat (sedih, haru, gembira, dll)

V
Disajikan ilustrasi suatu kegiatan, siswa dapat menentukan kalimat
tanya yang tepat KBK 2004 Materi Pokok
Kalimat tanya: bagaimana, berapa, mengapa, kapan
V
Disajikan teks satu paragraf, siswa dapat menentukan kalimat utamanya KBK 2004 Materi Pokok
Menentukan kalimat utama dalam paragraf
IV
Menulis pengumuman Disajikan ilustrasi tentang isi peng-umuman, siswa dapat menentukan kalimat pertama pengumuman tersebut dengan tepat 8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan
IV/2
Disajikan cuplikan pengumuman yang di dalamnya terdapat kalimat tidak efektif, siswa dapat memper-baikinya dengan kalimat efektif yang tepat 8.2 Menulis pengumuman dengan bahasa yang baik dan benar serta memperhatikan penggunaan ejaan
IV/2
Menggunakan/ menyunting kata depan Siswa dapat menentukan penulisan kata depan yang tepat dalam kalimat ?
Menulis iklan Disajikan gambar suatu produk, siswa dapat menentukan kalimat iklan yang tepat
KBK 2004 Indikator:
Menuliskan bahan atau isi iklan dengan bahasa yang singkat, padat, dan komunikatif

VI
Menulis teks pidato Disajikan ilustrasi isi pidato, siswa dapat:
- Menentukan kalimat pembukaan pidato dengan tepat
- Menentukan kalimat penutup pidato dengan tepat 8.1 Menyusun naskah pidato/sambutan (perpisahan, ulang tahun, perayaan sekolah, dll.) dengan bahasa yang baik dan benar, serta memperhatikan penggunaan ejaan
VI/2
Menulis surat Siswa dapat menentukan kalimat pembuka surat dengan tepat 4.4 Menulis surat untuk teman sebaya tentang pengalaman atau cita-cita dengan bahasa yang baik dan benar dan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) IV/1
Menulis petunjuk pemakaian Disajikan gambar sebuah produk, siswa dapat menuliskan petunjuk
pemakaiannya dengan jelas 4.2 Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara membuat sesuatu IV/1
Menuliskan imbuhan Disajikan kalimat rumpang, siswa dapat melengkapinya dengan kata
berawalan yang tepat ? ?
Mendeskripsikan gambar dengan kalimat yang tepat Disajikan gambar (benda, hewan, tumbuhan) siswa dapat menentukan kalimat yang berisi deskripsi sesuai dengan gambar 8.1 Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik III/2
Menyusun laporan Disajikan laporan yang belum lengkap, siswa dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat 8.2 Menulis laporan pengamatan atau kunjungan berdasarkan tahapan (catatan, konsep awal, perbaikan, final) dengan memperhatikan penggunaan ejaan V/2
Menulis ringkasan Disajikan teks satu paragraf, siswa dapat menentukan kalimat ringkasan yang tepat 4.2 Membuat ringkasan dari teks yang dibaca atau yang didengar VI/1
Mengurutkan gambar seri Disajikan empat gambar seri secara acak, siswa dapat mengurutkannya menjadi sebuah cerita yang runtut 8.1 Menulis karangan sederhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik III/2


CONTOH SOAL UASBN BAHASA INDONESIA
Berikut ini beberapa contoh soal prediksi UASBN yang dapat dikembangkan dari kisi-kisi soal UASBN Bahasa Indonesia. Sengaja indikator yang dipilih adalah indikator yang secara eksplisit terdapat dalam KBK 2004.

Soal 1 :
Kemampuan yang diuji : Menulis iklan
Indikator : Disajikan gambar suatu produk, siswa dapat menentukan kalimat iklan yang tepat
KD Mata pelajaran : KBK 2004 Indikator: Menuliskan bahan atau isi iklan dengan bahasa yang singkat, padat, dan komunikatif
Kelas/Semester : VI





Kalimat iklan yang tepat untuk produk tersebut adalah …
A. Murah harganya, bagus mobilnya.
B. Silahkan membeli mobil mewah ini.
C. Anggun, Gagah, Tangguh di segala medan.
D. Mobil produk kita sendiri. Ayo beli.

Soal 2 :
Kemampuan yang diuji : Menyusun kalimat
Indikator : Disajikan kalimat tidak efektif, siswa dapat menentukan perbaikannya menjadi kalimat efektif
KD Mata pelajaran : KBK 2004 Indikator dan Materi Pokok : Menulis pengumuman dengan bahasa yang singkat, padat, dan mudah dipahami. Kalimat Efektif
Kelas/Semester : IV
Para bapak-bapak dan ibu-ibu dimohon berbaris antri di loket.
Kalimat yang efektif untuk mengganti kalimat tersebut adalah …
A. Para bapak dan ibu-ibu dimohon berbaris di depan loket.
B. Bapak-bapak dan ibu-ibu dimohon antri di loket.
C. Para bapak dan para ibu dimohon berbaris di loket.
D. Bapak-bapak dan para ibu dimohon antri berbaris di loket.

Soal 3 :
Kemampuan yang diuji : Menggunakan sinonim dan antonim
Indikator : Disajikan kalimat, siswa dapat menuliskan sinonim dari salah satu kata dalam kalimat tersebut dengan tepat
KD Mata pelajaran : KBK 2004 Materi Pokok ; Kata-kata yang bersinonim
Kelas/Semester : VI
Mantan Presiden Soeharto telah mangkat pada bulan Januari tahun yang lalu.
Sinonim kata “mangkat” dalam kalimat tersebut adalah ….
A. mengangkat
B. tewas
C. meninggal dunia
D. mampus


PENUTUP
Kalau setiap tahun guru mempelajari dan mengkaji kisi-kisi soal UASBN, maka akan dapat diketahui materi atau indikator-indikator apa yang senantiasa dikeluarkan dalam ujian nasional setiap tahun, dan mana yang kadang-kadang muncul. Dengan demikian, guru bisa melatihkannya dalam setiap pembelajaran di kelas/semester yang sesuai – dan tidak menunggu saat bimbel menghadapi UASBN untuk siswa kelas VI SD.
Dengan demikian, pembelajaran yang dilaksanakan setiap hari akan senantiasa terkait dengan Ujian Nasional. Siswa dan guru tidak perlu khawatir lagi, karena materi ujian sudah dibahas dalam pembelajaran dan siswa diharapkan sudah menguasainya sejak kelas IV.
Semua ini terserah komitmen guru SD kelas IV s.d. VI. Maukah mereka repot-repot mengkaji kisi-kisi UASBN dan mengintegrasikannya ke dalam silabus KTSP dan RPP, serta merealisasikannya dalam pembelajaran di kelas? (Habis).
Selengkapnya...